Dinasti Ming (Hanzi: 明朝, hanyu pinyin: ming chao) (1368 - 1644) adalah dinasti satu
dari dua dinasti yang didirikan oleh pemberontakan petani sepanjang sejarah Cina. Dinasti ini adalah dinasti bangsa Han yang terakhir memerintah setelah Dinasti Song. Pada tahun 1368, Zhu Yuanzhang berhasil mengusir
bangsa Mongol kembali ke utara dan
menghancurkan Dinasti Yuan yang mereka dirikan. Ia
mendirikan dinasti Ming (大明國; Dà
Míng Guó), dengan ibukotanya di Yingtian (sekarang Nanjing) sebelum putranya, Zhu Di, yang menjadi kaisar ke-3 memindahkan ibukota ke Shuntian (sekarang Beijing). Yingtian kemudian berganti nama menjadi Nanjing
(ibukota selatan).
Berdirinya Dinasti Ming
Zhu
Yuanzhang kemudian memutuskan untuk berbasis di Yingtian untuk memusatkan
kekuatan demi mempersatukan daratan Cina. Pada awalnya, situasi Zhu di wilayah
Yingtian sangat tidak strategi buat mengumpulkan kekuatan dalam waktu singkat.
Kemudian ia menerima nasihat Zhu
Sheng untuk
memperkuat pertahanan dan memusatkan perhatian pada perbaikan logistik dan tidak terlalu gegabah untuk mengangkat diri sendiri
menjadi raja.
Kebijakan
ini menyebabkan Zhu dapat memperkuat dirinya dalam waktu singkat. Ia kemudian
menyerang kekuatan pemberontak lainnya, Chen Youliang pada tahun 1360. Ia kemudian berhasil memukul mundur
pasukan Chen ke Jiangzhou, wilayah pesisir sebelah timur
Yingtian. Dalam waktu tiga tahun, Zhu berhasil menghancurkan kekuatan Chen.
Tahun
1367, Zhu berhasil menaklukkan Zhang Shicheng, pemberontak lainnya dan menguasai Pingjiang (sekarang Suzhou, Jiangsu). Dalam tahun yang sama, Zhu juga menghancurkan kekuatan
Fang
Guozhen yang pada
saat itu menguasai wilayah pesisir Zhejiang. Setelah keberhasilan ini, Zhu Yuanzhang mengangkat diri
sebagai kaisar pada tahun 1368, memulai sejarah Dinasti Ming selama
300 tahun ke depan. Ia menetapkan Hongwu sebagai tahun pemerintahan sehingga ia
dikenal juga sebagai Kaisar Hongwu.
Pada
tahun itu juga, Kaisar Hongwu melakukan ekspedisi ke utara untuk mempersatukan
Cina. Kekaisaran Yuan yang saat itu telah melemah tidak dapat menghambat
tentara Ming yang saat itu bermoral tinggi karena kemenangan demi kemenangan.
Ibukota Yuan, Dadu berhasil dikuasai dan dibumi-hanguskan atas perintah
Kaisar Hongwu. Suku Mongol kemudian berhasil diusir kembali ke padang rumput
Mongol.
Setelah
berhasil menghancurkan Dinasti Yuan, Kaisar Hongwu menaklukan pemberontak Ming
Yuzhen di Sichuan pada tahun 1371. Sepuluh tahun kemudian, hancurnya
kekuatan Raja
Liang dari Dinasti
Yuan di Yunnan mengukuhkan penyatuan Cina daratan di bawah Dinasti
Ming.
Masa kejayaan awal (1368-1436)
Pemerintahan Hongwu
Setelah
berhasil mendirikan Dinasti Ming, Kaisar Hongwu melaksanakan kebijakan untuk menenangkan
rakyat. Di antaranya dengan mengembalikan gerak roda perekonomian, melakukan
reformasi birokrasi Dinasti Yuan, meringankan pajak dan
beban petani dan menghukum berat para pejabat yang korup. Masa ini dikenal
sebagai pemerintahan Hongwu dalam sejarah.
Kaisar
Hongwu juga merupakan kaisar yang penuh kecurigaan terhadap para menterinya. Ia
takut pejabat kekaisaran menyalahgunakan wewenang dan kekuasaan mereka untuk
kepentingan diri sendiri yang pada akhirnya dapat mengancam dan membahayakan
kekuasaannya. Dalam pada itu, ia terkenal sebagai kaisar yang kerap menjatuhkan
hukuman kepada para menterinya.
Pada
menteri terkenal yang dibunuh antara lain adalah Liau
Yongzhong, Zhu
Liangxiang, Li
Wenzhong, Hu
Weiyong, Lan Yu dan Chen
Ning.
Pada
akhirnya, hampir seluruh pejabat kekaisaran yang berjasa dalam pendirian
Dinasti Ming kecuali Tang He dihukum mati oleh Kaisar Hongwu.
Setelah ini, Kaisar Hongwu juga membentuk badan intelijen yang selanjutnya
makin mengukuhkan kekuasaan absolut di tangannya.
Insiden Jingnan
Insiden
Jingnan adalah peristiwa kudeta berdarah karena perebutan tahta kekaisaran
antara Kaisar
Jianwen dan Raja Yan,
Zhu Di yang selanjutnya menjadi Kaisar Yongle. Kaisar Jianwen,
Zhu Yunwen adalah cucu tertua dari Zhu Yuanzhang. Zhu Yunwen sendiri adalah
anak dari Zhu Biao, anak sulung Zhu yang mati muda
sebelum sempat naik tahta.
Tahun
1398, Kaisar Hongwu wafat dan digantikan oleh Kaisar Jianwen. Kaisar Jianwen
atas nasihat menterinya, Qi
Tai melakukan
pembersihan lawan-lawan politiknya yang masing-masing memiliki kekuatan sendiri
di seluruh negeri. Lawan politik yang dimaksud adalah para raja yang sebenarnya
masih merupakan pamannya sendiri, anak dari mendiang Kaisar Hongwu.
Lima
raja berhasil diturunkan dari tahta dan menjalani hukuman sebagai rakyat biasa.
Raja Yan, Zhu Di adalah anak keempat dari Kaisar Hongwu, mempunyai kekuatan
paling besar kemudian melakukan kudeta saat mendengar bahwa kekuatannya akan
menjadi target pembersihan selanjutnya oleh Kaisar Jianwen.
Zhu
Di akhirnya melakukan penyerangan ke ibukota Nanjing pada tahun 1399 atas saran dari penasihatnya Yao
Guangxiao. Perang
saudara pecah antara Kaisar Jianwen dan Zhu Di, namun akhirnya berhasil
dimenangkan oleh Zhu Di pada tahun 1402. Kaisar Jianwen hilang dan tidak
diketahui nasibnya setelah insiden berdarah ini.
Zhu
Di lalu naik tahta dengan gelar Chengzu, menetapkan era pemerintahan sebagai
Yongle sehingga dikenal juga sebagai Kaisar Yongle.
Era kejayaan Yongle
Di
masa pemerintahan Kaisar Yongle, Ming mengalami masa kejayaan awal. Ekspedisi
militer dilakukan oleh Kaisar Yongle untuk mempertahankan kejayaan ini. Annam (sekarang Vietnam) berhasil ditaklukkan dan kemudian menjadi protektorat
Ming. Kaisar Yongle juga memimpin ekspedisi ke utara untuk memukul mundur
bangsa Mongol ke Asia Tengah demi mencegah ancaman dari mereka.
Tahun
1405, Kaisar Yongle juga memerintahkan Zheng He untuk memimpin ekspedisi maritim ke lautan selatan.
Tujuh kali ekspedisi melayari lautan sampai ke Madagaskar.
Pada
tahun 1406, istana kekaisaran dibangun di Beiping (sekarang Beijing) dan menggunakan
Beiping sebagai basis untuk melakukan ekspedisi ke Mongolia. Sampai pada tahun 1422, pembangunan dan perkembangan Beiping
sangat pesat dan Kaisar Yongle kemudian menitahkan untuk memindahkan ibukota
dari Nanjing ke Beiping. Beiping kemudian berganti nama menjadi Beijing.
Masa
pemerintahan Yongle ditandai dengan kedamaian dan kemajuan yang pesat di
seluruh negeri. Dalam catatan sejarah, masa ini dikenal sebagai era kejayaan
Yongle (永樂勝世)
Namun, di balik masa kejayaan ini, Kaisar
Yongle bukanlah seorang kaisar yang pengasih. Hukuman yang dijatuhkan kepada
lawan politik dan oposisi tidak berkurang, ditandai dengan peristiwa penjatuhan
hukuman mati sepuluh kerabat kepada Fang
Xiaoru. Ini merupakan
peristiwa satu-satunya di dalam sejarah Cina yang biasanya hanya membunuh
sampai sembilan kerabat.
Kaisar Yongle wafat pada
tahun 1424 dan digantikan oleh anaknya, Zhu Gaochi.Pemerintahan Renxuan
Setelah
Kaisar Yongle wafat pada tahun 1424, anak sulungnya Zhu Gaochi naik tahta menggantikannya sebagai kaisar. Era
pemerintahan diganti menjadi Hongxi. Malangnya, ia meninggal tahun berikutnya
dalam usia 48 tahun.
Walau
era pemerintahannya sangat pendek, namun Kaisar Hongxi melakukan banyak keputusan yang penting
di antaranya menghentikan ekspedisi maritim Zheng He dan ekspedisi militer. Ia
juga mempromosikan produksi rakyat demi perkembangan ekonomi, mengampuni banyak
tawanan politik, meringankan hukuman penjara dan melakukan penghematan di
banyak bidang.
Setelah
Kaisar Hongxi mangkat, anaknya Zhu Zhanji meneruskan tahta kekaisaran dan kebijakan yang
ditinggalkan sang ayah. Ia bertahta sebagai Kaisar Xuande dan terkenal akan
kemahirannya dalam seni lukis. Beberapa lukisannya menjadi lukisan ternama
dalam sejarah Cina.
Pada
tahun 1431, Kaisar Xuande merasakan bahwa pengiriman upeti dari
negara-negara protektorat Ming menyusut. Oleh karenanya, ia memerintahkan Zheng
He untuk mempersiapkan ekspedisi maritim ketujuh. Ekspedisi ini menjadi
ekspedisi terakhir bagi Zheng He karena ia kemudian meninggal di Guli, sebuah kota di pesisir India.
Masa
pemerintahan Kaisar Xuande diwarnai dengan campur tangan kasim dalam keputusan kekaisaran yang
dilarang sejak masa pemerintahan Kaisar Hongwu. Kaisar Xuande juga dijuluki
sebagai kaisar jangkrik karena ia sangat gemar memelihara dan berlaga jangkrik. Hal ini menyebabkan para menteri dan kasim di istana
berlomba-lomba untuk memberikan hadiah jangkrik kepada sang kaisar.
Walaupun
ada berbagai kekurangan di atas, namun pada masa ini rakyat Ming mengalami
kehidupan yang relatif aman dan tenteram. Era ini dikenal sebagai pemerintahan
Renxuan (仁宣之治) diambil dari gelar kedua kaisar yang
memerintah, Renzong dan Xuanzong.
Era pertengahan (1436-1573)
Invasi Mongol
Pada
tahun 1435, Zhu Qizhen naik tahta dengan gelar Yingzong dan
era tahun Zhengtong. Kaisar Zhengtong adalah satu-satunya kaisar dinasti Ming
yang memerintah dengan dua era pemerintahan, Zhengtong dan Tianshun setelah
restorasi tahta kekaisaran.
Masa
pemerintahan Kaisar Zhengtong diwarnai dengan penyalahgunaan wewenang oleh
kasim ternama, Wang
Zhen. Wang adalah
seorang guru kekaisaran yang kemudian dikebiri untuk menjadi kasim di dalam
istana. Wang secara terang-terangan melanggar peraturan Kaisar Hongwu bahwa
kasim tidak diperbolehkan untuk mencampuri urusan kenegaraan. Selama kurun
waktu tujuh tahun dengan latar belakang sebagai kasim kesayangan kaisar,
tindak-tanduknya yang korup semakin merajalela.
Seiring
dengan ini, kekuatan suku Oirat di Asia Tengah makin meningkat. Pada tahun 1449, Esen
Khan dari Oirat
menginvasi Beijing. Wang Zhen lalu memaksa Kaisar Zhengtong untuk memimpin
langsung 500.000 tentara keluar dari Beijing untuk menahan serangan Mongol.
Karena pasukan ini tidak terlatih dan juga bermoral rendah menyebabkan garis
depan dapat dikalahkan oleh pasukan Mongol.
Mendengar
kekalahan ini, Wang Zhen lalu takut untuk meneruskan pertempuran melawan Mongol
dan memerintahkan seluruh pasukan untuk mundur. Kuatir kampung halamannya akan
luluh lantak setelah dilewati pasukan Ming, ia mengambil rute jalan yang lebih
jauh sehingga menyebabkan pasukan Oirat berhasil mengejar pasukan Ming sesampai
Kastil
Tumu.
Dalam
pertempuran di kastil Tumu ini, Kaisar Zhengtong berhasil ditawan oleh Esen
Khan, sedangkan Wang tewas dalam pertempuran. Dalam beberapa catatan sejarah
tidak resmi, dikatakan bahwa Wang tewas karena dibunuh oleh jenderal Fan
Zhong, pengawal
kekaisaran yang tidak puas akan tindak tanduk Wang. Namun kebenaran peristiwa
ini tidak diakui oleh sejarah resmi kekaisaran. Peristiwa ini dikenal sebagai Insiden
Tumu dalam catatan
sejarah.
Setelah
kabar bahwa insiden ini sampai ke Beijing, menteri-menteri kuatir akan
keselamatan mereka bila Beijing jatuh ke tangan Oirat mengusulkan untuk
memindahkan ibukota ke Nanjing dan menyerahkan Beijing. Namun usulan ini
ditolak oleh salah seorang menteri, Yu Qian yang kemudian menyarankan supaya adik dari Kaisar
Zhengtong, Zhu Qiyu untuk meneruskan tahta kekaisaran
demi kelanjutan dinasti. Zhu kemudian naik tahta dengan gelar Daizong dan era
pemerintahan Jingtai.
Esen
Khan sampai ke Beijing namun tidak berhasil menguasai Beijing karena pertahanan
kota yang relatif kuat karena strategi pertahanan Yu Qian. Yu Qian kemudian
memimpin pasukan Ming keluar Beijing dan memukul mundur pasukan Oirat. Esen
Khan kemudian mundur bersama pasukannya dengan membawa Kaisar Zhengtong sebagai
tawanan.
Yu
Qian tidak menghiraukan tawaran damai dari Esen Khan sebagai tebusan atas
Kaisar Zhengtong, namun menyusun strategi pertahanan yang lebih kuat dan
selanjutnya mengusir pasukan Oirat lebih jauh ke utara. Esen Khan
memperlakukan Kaisar Zhengtong dengan baik dan kemudian melepaskannya setelah
merasa bahwa tidak ada gunanya lagi menawan sang kaisar pada tahun 1450.
Restorasi Kaisar Zhengtong
Kaisar
Zhengtong yang dilepaskan oleh Esen Khan kemudian pulang ke Beijing. Malangnya,
kepulangannya ini tidak disambut gembira oleh Kaisar Jingtai, sang adik yang
bertahta menggantikannya selama menjadi tawanan.
Walaupun
atas saran para menteri, Kaisar Jingtai memberikan gelar Maha
Kaisar, namun ia
tidak keluar menyambut Kaisar Zhengtong di gerbang kota, malah menjatuhkannya
sebagai tahanan rumah di Istana Selatan. Lebih jauh, Zhu Jianshen yang sebelumnya adalah putra mahkota
dicabut gelarnya dan digantikan oleh anak Kaisar Jingtai, Zhu
Jianji yang tak lama
kemudian meninggal karena sakit.
Sepeninggal
Zhu Jianji, Kaisar Jingtai yang tidak mempunyai putra lainnya tidak juga
mengembalikan kedudukan Zhu Jianshen sebagai putra mahkota. Pada tahun 1457, Kaisar Jingtai sakit parah dan
beberapa menteri merencanakan kudeta untuk merestorasi Yingzong sebagai
kaisar. Kudeta ini menyebabkan beberapa menteri yang setia kepada Jingtai
dijatuh hukuman mati, di antaranya Yu Qian.
Kaisar
Jingtai kemudian diturunkan kedudukannya menjadi raja dan meninggal sebulan
kemudian. Sebaliknya, Yingzong bertahta kembali sebagai kaisar dengan era tahun
Tianshun.